TEKNIS BUDIDAYA TOMAT DENGAN PRODUK NASA
Tomat merupakan komoditas hortikultura yang penting, tetapi produksinya baik kuantitas dan kualitas masih rendah. Hal ini disebabkan antara lain tanah yang keras, miskin unsur hara mikro serta hormon, pemupukan tidak berimbang, serangan hama dan penyakit, pengaruh cuaca dan iklim, serta teknis budidaya petani. PT. Natural Nusantara berupaya membantu petani dalam peningkatan produksi tomat secara Kuantitas dan Kualitas dengan tetap memelihara Kelestarian lingkungan (Aspek K-3), agar petani dapat berkompetisi di era perdagangan bebas.
FASE PRA TANAM TOMAT
1. Syarat
Tumbuh : Tomat dapat ditanam di dataran rendah/dataran tinggi. Tanahnya
gembur, porus dan subur, tanah liat yang sedikit mengandung pasir dan pH
antara 5 – 6. Curah hujan 750-1250 mm/tahun, curah hujan yang tinggi
dapat menghambat persarian. Kelembaban relatif yang tinggi sekitar 25%
akan merangsang pertumbuhan tanaman yang masih muda karena asimilasi CO2
menjadi lebih baik melalui stomata yang membuka lebih banyak, tetapi
juga akan merangsang mikroorganisme pengganggu tanaman dan ini berbahaya
bagi tanaman.
2. Pola
Tanam Tanaman yang dianjurkan adalah jagung, padi, sorghum, kubis dan
kacang-kacangan. Dianjurkan tanam sistem tumpang sari atau tanaman sela
untuk memberikan keadaan yang kurang disukai oleh organisme jasad
pengganggu.
3.
Penyiapan Lahan Pilih lahan gembur dan subur yang sebelumnya tidak
ditanami tomat, cabai, terong, tembakau dan kentang . Untuk mengurangi
nematoda dalam tanah genangilah tanah dengan air selama dua minggu Bila
pH rendah berikanlah kapur dolomite 150 kg/1000 m2 dan disebar serta
diaduk rata pada umur 2-3 minggu sebelum tanam.
Buatlah
bedengan selebar 120-160 cm untuk barisan ganda dan 40-50 cm untuk
barisan tunggal Buatlah parit selebar 20-30 cm diantara bedengan dengan
kedalaman 30 cm untuk pembuangan air. Berikan pupuk dasar 4 kg Urea /ZA +
7,5 kg TSP + 4 kg KCl per 1000 m2 diatas bedengan, aduk dan ratakan
dengan tanah Atau jika pakai Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg /
1000 m2 dicampur rata dengan tanah di atas bedengan.
Siramkan
pupuk POC NASA yang telah dicampur air secara merata diatas bedengan
dosis 1-2 botol/1000 m2. Hasil akan lebih bagus jika diganti POP
SUPERNASA (dosis ± 1-2 botol/1000 m2 ) dengan cara :
- Alternatif 1 : Satu botol POP SUPERNASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
- Alternatif 2 : setiap 1 gembor volume 10 lt diberi 1 sendok peres makan POP SUPERNASA untuk menyiram + 10 meter bedengan. Sebarkan Natural GLIO 1-2 sachet yang telah dicampur pupuk kandang (+ 1 minggu) merata di atas bedengan pada sore hari Jika pakai Mulsa plastik, tutup bedengan pada siang hari Biarkan selama 5-7 hari sebelum tanam Buat lubang tanam dengan jarak 60 x 80 cm atau 60 x 50 cm di atas bedengan, diameter 7-8 cm sedalam 15 cm
4.
Pemilihan Bibit Pilih varietas tahan dan jenis Hybryda ( F1 Hybryd ).
Bibit berdaun 5-6 helai daun (25-30 HSS=hari setelah semai) pindahkan ke
lapangan. Untuk mengurangi stress awal pertumbuhan perlu disiram dulu
pada sore sehari sebelum tanam atau pagi harinya (agar lembab). FASE
PERSEMAIAN (0-30 HSS) Siapkan media tanam yang merupakan campuran tanah
dan pupuk kandang 25 – 30 kg + Natural GLIO (1:1). Masukkan dalam
polibag plastik atau contongan daun pisang atau kelapa Sebarlah benih
secara merata atau masukkan satu per satu dalam polibag. Setelah benih
berumur 8-10 hari , pilih bibit yang baik, tegar dan sehat dipindahkan
dalam bumbunan daun pisang atau dikepeli yang berisi campuran media
tanam. Penyiraman dilakukan setiap hari (lihat kondisi tanah)
Penyemprotan POC NASA pada umur 10 dan 17 hari dengan dosis 2
tutup/tangki.
Bedengan sehari sebelumnya diairi ( dilep ) dahulu. Bibit siap tanam umur 3 – 4 minggu, berdaun 5-6. Penanaman sore hari. Buka polibag plastik. Benamkan bibit secara dangkal pada batas pangkal batang dan ditimbun dengan tanah di sekitarnya. Selesai penanaman langsung disiram dengan POC NASA dengan dosis 2-3 tutup per + 15 liter air. Sulam tanaman yang mati sampai berumur 2 minggu, caranya tanaman yang telah mati, rusak, layu atau pertumbuhannya tidak normal dicabut, kemudian dibuat lubang tanam baru, dibersihkan dan diberi Natural GLIO lalu bibit ditanam.
Pengairan dilakukan tiap hari sampai tomat tumbuh normal (Jawa : lilir), hati-hati jangan sampai berlebihan karena tanaman bisa tumbuh memanjang, tidak mampu menyerap unsur-unsur hara dan mudah terserang penyakit. Amati hama seperti ulat tanah dan ulat grayak. Jika ada serangan semprot dengan Natural VITURA. Amati penyakit seperti penyakit layu Fusarium atau bakteri dan busuk daun , kendalikan dengan menyemprot Natural GLIO dicampur gula pasir perbandingan 1:1. Untuk penyakit Virus, kendalikan vektornya seperti Thrips, kutu kebul (Bemissia tabaci), banci ( Aphis sp.), Kutu persik (Myzus sp.) dan tungau (Tetranichus sp.) dengan menyemprot Natural BVR atau Pestona secara bergantian. Pasang ajir sedini mungkin supaya akar tidak rusak tertusuk ajir dengan jarak 10-20 cm dari batang tomat.
FASE VEGETATIF ( 15-30 HST)
Jika tanpa mulsa, penyiangan dan pembubunan pada umur 28 HST bersamaan penggemburan dan pemberian pupuk susulan diikuti pengguludan tanaman. Setelah tanaman hidup sekitar 1 minggu semenjak tanam, diberi pupuk Urea dan KCl dengan perbandingan 1:1 untuk setiap tanaman (1-2 gram), berikan di sekeliling tanaman pada jarak ± 3 cm dari batang tanaman tomat kemudian ditutup tanah dan siram dengan air. Pemupukan kedua dilakukan umur 2-3 minggu sesudah tanam berupa campuran Urea dan KCl (± 5 gr), berikan di sekeliling batang tanaman sejauh ± 5 cm dan sedalam ± 1 cm kemudian ditutup tanah dan siram dengan air. Bila umur 4 minggu tanaman masih kelihatan belum subur dapat dipupuk Urea dan KCl lagi (7 gram). Jarak pemupukan dari batang dibuat makin jauh ( ± 7 cm). Jika pakai Mulsa tidak perlu penyiangan dan pembubunan serta pupuk susulan diberikan dengan cara dikocorkan Penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari. Amati hama dan penyakit seperti ulat, kutu-kutuan, penyakit layu dan virus, jika terjadi serangan kendalikan seperti pada fase tanam. Semprotkan POC NASA (4-5 tutup) per tangki atau POC NASA (3-4 tutup) + HORMONIK (1 tutup) setiap 7 hari sekali. Tanaman yang telah mencapai ketinggian 10-15 cm harus segera diikat pada ajir dan setiap bertambah tinggi + 20 cm harus diikat lagi agar batang tomat berdiri tegak. Pengikatan jangan terlalu erat dengan model angka 8, sehingga tidak terjadi gesekan antara batang dengan ajir yang dapat menimbulkan luka.
FASE GENERATIF (30 – 80 HST)
- Pengelolaan Tanaman
Jika tanpa
mulsa penyiangan dan pembubunan kedua dilakukan umur 45-50 hari. Untuk
merangsang pembungaan pada umur 32 HST lakukan perempelan tunas-tunas
tidak produktif setiap 5-7 hari sekali, sehingga tinggal 1-3 cabang
utama / tanaman. Perempelan sebaiknya pagi hari agar luka bekas rempelan
cepat kering dengan cara; ujung tunas dipegang dengan tangan bersih
lalu digerakkan ke kanan-kiri sampai tunas putus. Tunas yang terlanjur
menjadi cabang besar harus dipotong dengan pisau atau gunting, sedangkan
tanaman yang tingginya terbatas perempelan harus hati-hati agar tunas
terakhir tidak ikut dirempel sehingga tanaman tidak terlalu pendek.
Ketinggian tanaman dapat dibatasi dengan memotong ujung tanaman apabila
jumlah dompolan buah mencapai 5-7 buah. Semprotkan POC NASA dan HORMONIK
setiap 7-10 hari sekali dengan dosis 3-4 tutup POC NASA dan 1-2 tutup
HORMONIK/tangki. – Agar tidak mudah hilang oleh air hujan dan merata
tambahkan Perekat Perata AERO 810 dengan dosis 5 ml ( 1/2 tutup)/tangki.
- Pengamatan Hama dan Penyakit.
- Ulat buah (Helicoperva armigera dan Heliothis sp.). Gejala buah berlubang dan kotoran menumpuk dalam buah yang terserang. Lakukan pengumpulan dan pemusnahan buah tomat terserang, semprot dengan PESTONA.
- Lalat buah (Brachtocera atau Dacus sp.).Gejala buah busuk karena terserang jamur dan bila buah dibelah akan kelihatan larva berwarna putih. – - Bersifat agravator, yaitu sebagai vektornya penyakit jamur, bakteri dan Drosophilla sp. Kumpulkan dan bakar buah terserang, gunakan perangkap lalat buah jantan (dapat dicampur insektisida).
- Busuk daun (Phytopthora infestans), bercak daun dan buah (Alternaria solani) serta busuk buah antraknose (Colletotrichum coccodes). Jika ada serangan semprot dengan Natural GLIO. Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami (PESTONA, GLIO, VITURA) belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.
- Busuk ujung buah. Ujung buah tampak lingkaran hitam dan busuk. Ini gejala kekurangan Ca ( Calsium). Berikan Dolomit.
FASE PANEN & PASCA PANEN (80 – 130 HST)
Panen pada umur 90-100 HST dengan ciri; kulit buah berubah dari warna hijau menjadi kekuning-kuningan, bagian tepi daun tua mengering, batang menguning, pada pagi atau sore hari disaat cuaca cerah. Buah dipuntir hingga tangkai buah terputus. Pemuntiran buah dilakukan satu-persatu dan dipilih buah yang siap petik. Masukkan keranjang dan letakkan di tempat yang teduh. Interval pemetikan 2-3 hari sekali. Supaya tahan lama, tidak cepat busuk dan tidak mudah memar, buah tomat yang akan dikonsumsi segar dipanen setengah matang. Wadah yang baik untuk pengangkutan adalah peti-peti kayu dengan papan bercelah dan jangan dibanting. Waspadai penyakit busuk buah Antraknose, kumpulkan dan musnahkan. Buah tomat yang telah dipetik, dibersihkan, disortasi dan di packing lalu diangkut siap untuk konsumsi.
KONSULTAN PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN DENGAN TEKNOLOGI NASA
Pemesanan Produk Natural Nusantara :
R Langen Rahdrianto
SMS dan WhatsApp : 081329010583
BB : 5A8D3B7B
0 comments:
Post a Comment